KLUNGKUNG –Garam yang dihasilkan petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung cukup terkenal di pasar mancanegara. Sebab, garam yang diolah secara tradisional itu memiliki rasa gurih dan bersih.
Namun bukan berarti petani garam gampang mengekspor produk garam Kusamba. Menurut Ketua Kelompok Sarining Segara Mangku Rena, petani garam memiliki beberapa kendala, yakni ketika hendak melakukan ekspor garam alami terkendala pada administrasi.
Padahal kata dia permintaan ekspor cukup tinggi dalam sebulannya bisa mencapai 2 ton lebih. Selama ini petani garam selain menjual produknya ke koperasi juga dijual kepada pengepul.
“Kami kesulitan ketika akan melakukan ekspor garam, padahal permintaan garam alami sangat tinggi mencapai kurang lebih 2 ton per bulan, tetapi kami terkendala pada administrasi yang harus menyertakan surat keterangan dari pihak BPOM,” ujar Mangku Rena saat menerima kunjungan Penjabat Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika,Kamis (11/1/2024).
Selain itu, Mangku Rena juga menyampaikan masalah pada mesin pompa penyedot air laut. Diungkapkannya, saat terjadi gelombang pasang bagian mesin berupa klep tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga terkendala dalam menyalurkan air laut pada bak-bak penampungan.
Selama ini petani garam dipermudah dengan pemanfaatan teknologi, tidak lagi bolak-balik mengambil air laut. Mereka menyedot air laut menggunakan pompa lalu air laut ditampung dalam plastik membran, sebelum disiramkan pada lahan penggaraman. Mesin pompa itu merupakan bantuan dari Pemkab Klungkung.
Proses ini cukup membuat efisien dari sisi tenaga dan waktu produksi. Rata-rata dalam sebulan Kelompok Petani Garam Sarining Segara mampu memproduksi 3-4 ton garam setiap bulannya.
Penjabat Bupati I Nyoman Jendrika menyampaikan kunjungannya itu dalam rangka mengetahui kendala yang dihadapi petani garam di Desa Kusamba.
“Saya bersama dengan instansi terkait akan segera menindak lanjuti kendala yang dialami oleh petani garam di Klungkung”, ujar Penjabat Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika.
Petani tidak saja menjadikan garam sebagai komoditi utama, kini air tua hasil tirisan atau limbah hasil tirisan garam (bittern) juga menjadi peluang bisnis dan selama ini diperjual belikan.
Limbah (bittern) dijual ke pengusaha tahu di wilayah Gianyar, pengusaha tahu di Klungkung digunakan untuk pengawet tahu.Limbah garam tidak berbahaya karena sifatnya alami. Bittern dijual dengan harga Rp 90.000 per jerigen. (yan)
