BULELENG – Banyaknya warga masyarakat yang kesurupan sejak pelaksanaan upacara ‘nguripin’ bangunan berupa gapura bermotif joglo di gerbang masuk Desa Ambengan Kecamatan Sukasada, disikapi serius Kepala Desa/Perbekel Ambengan, Nyoman Seri.
Tak hanya menggelar ritual upacara ‘guru piduka’ untuk memohon maaf jika ada kekeliruan secara niskala, agar keresahan masyarakat akibat peristiwa niskala tidak berlanjut juga telah dilakukan pembongkaran terhadap gapura motif joglo dengan melibatkan pengusaha Rumah Joglo selaku donatur.
“Iya benar, karena ada warga yang kesurupan setelah pelaksanaan upacara nguripin gapura desa bermotif joglo, empat hari lalu, bahkan sampai tiga hari berturut, akhirnya kemarin atas kesepakatan BPD dan tokoh masyarakat telah dilakukan pembongkaran gapura,” tandas Perbekel Seri usai menjenguk warga yang sempat kesurupan dan memantau pembongkaran gerbang desa, Rabu (20/12/2023).
Perbekel Seri didampingi Kadek Widiarsana selaku donatur gapura motif joglo menegaskan pembongkaran bangunan gapura motif joglo dilakukan berdasarkan hasil pertemuan dengan BPD dan tokoh masyarakat agar tidak membuat resah akibat peristiwa niskala (kerauhan,red).
“Keresahan itu berawal ketika sejumlah sutri dan warga kesurupan saat dilaksanakan ritual upacara nguripin, karena pembangunan gapura yang menjadi salah satu program pembangunan desa sudah selesai. Sehingga kita laksanakan upacara nguripin, belum melaspas sesuai adat kita di Bali,” ungkapnya.
Karena, setelah upacara dan berlanjut hingga malam serta lebih banyak lagi warga yang kesurupan, sehingga dilakukan rembug` dan lanjut menggelar rapat bersama BPD dan tokoh masyarakat.
“Dari hasil rapat disepakati bangunan gapura motif joglo senilai Rp 80 juta, sebagian merupakan sumbangan atau donasi dari Jro Klempong selaku pengusaha Rumah Joglo kita bongkar,” terangnya.
Pelaksanaan pembongkaran, kata Prebekel Seri dilakukan bersama donatur sehingga bahan bangunan gapura joglo dapat dimanfaatkan oleh pengusaha Rumah Joglo, sementara pondasi gapuranya tidak dibongkar karena akan dilanjutkan dengan pembangunan gapura sebagaimana disampaikan beberapa warga yang kesurupan.
“Intinya, meraka yang kesurupan itu minta gapura dikembalikan pada bentuk semula berupa candi bentar dan itu akan kita akan bahas lebih lanjut dengan pihak desa adat. Yang terpenting bagi kami dipemerintahan Desa Dinas Ambengan, jangan sampai pelaksanaan pembangunan justru membuat masyarakat resah, dan harapan kami setelah pembongkaran gapura joglo, masyarakat kembali hidup nyaman dan damai,” tandas Perbekel Seri dibenarkan Widiarsana.
Selaku donatur, Kadek Widiarsana selain mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, ia juga memahami kultur, adat dan budaya bahkan vibrasi semesta Bali yang sakral, sehingga tidak bisa sembarangan dalam melakukan sesuatu, apalagi bertentangan dengan adat budaya yang ada. (kar/jon)
