BADUNG – Desa Adat Jimbaran mempercayakan pembangunan Jalan Lingkar Barat Jimbaran kepada Pemerintah Kabupaten Badung. Entahkah itu bentuknya jalan layang, jalan permukaan, ataupun jalan bawah tanah. Dengan catatan, keberadaannya memberikan dampak positif bagi masyarakat, baik itu secara kelancaran akses ataupun perekonomian.
“Itu memang sudah disosialisasikan oleh Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) dan Tim Amdal. Ada tiga alternatif, yakni jalan layang, jalan satu level, dan ada di bawah tanah. Untuk yang dianggap paling memenuhi syarat kemungkinan, itu yang di bawah tanah,” sebut Bendesa Adat Jimbaran, I Gusti Made Rai Dirga kepada wartabalionline.com , Kamis (30/11/2023).
Soal teknisnya, Bendesa meyakini bahwa Dinas PUPR dan Tim Amdal sudah lebih mengerti. Pihaknya di desa adat intinya sangat berharap agar akses tersebut bisa segera terwujud guna menyikapi kekroditan di Jalan Uluwatu.
“Jadi secara prinsip kita berterimakasih kepada Pemkab Badung, karena di awal yang kita harapkan itu sebenarnya hanyalah memecah lalu lintas di wilayah Jimbaran saja. Namun pemerintah ternyata sudah berpikir lebih holistik dan lebih jauh ke kepariwisataan secara berkelanjutan, yang tentunya sangat bermanfaat bagi terjaganya situasi kepariwisataan di Kuta Selatan pada khususnya dan Kabupaten Badung pada umumnya,” ucapnya.
Jika kesimpulannya adalah berupa terowongan bawah tanah, pihaknya di desa adat dipastikan tidak ada masalah. Asalkan kegiatan tradisi adat dan budaya di Desa Adat Jimbaran tetap bisa berlangsung sebagaimana mestinya.
“Yang terpenting dari sosialisasi kemarin adalah agar bagaimana keberadaan akses tersebut nantinya tetap bisa menjaga ekonomi kerakyatan di sekitar. Bahkan diharapkan justru bisa meningkat dengan adanya akses ini,” sebutnya sembari berharap agar hasil kajian nanti benar-benar memberikan manfaat. “Mudah-mudahan bisa terwujud di tahun 2024,” imbuhnya mengenai akses yang rencana dibangun menghubungkan antara area kuliner Cafe 9 dengan Cafe 19 itu. (adi,dha)