GIANYAR – Warga Banjar Tengipis dan Bunteh, Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar, dibuat waswas dengan serangan monyet liar di kebun salak yang tengah panen.
Petani di Desa Buahan Kaja, Wayan Kira, Senin (13/11/2023) menuturkan, serangan monyet liar itu sudah sering terjadi sepanjang tahun. Selama ini, hewan primata itu berada di sepanjang Sungai Siap sampai pertemuan dengan Sungai Ayung, Payangan, dengan jarak sekitar 12 km dari Desa Kerta.
“Awalnya ada beberapa monyet yang menyerang kebun dan tidak menyebabkan kerusakan berarti. Sejak dua tahun lalu serangan semakin mengganas. Satu koloni jumlahnya ratusan menyerang kebun dalam semalam dan semua buah digasak,” jelas Wayan Kira yang di kebunnya terdapat pohon pisang dan salak.
Salak Bali yang akan dipanen oleh Wayan Kira bersama beberapa petani tak tersisa diserang kera. Mereka pun mengaku mengalami kerugian di saat harga salak sedang tinggi.
Tak hanya Wayan Kira, petani lain juga mengalami kerugian. Hasil panen kebun yang biasanya dijarah dari Pisang, Salak, Mangga sampai Durian. “Pisang, salak, mangga, durian, hingga kacang tanah yang beberapa hari siap panen juga digasak habis dalam semalam,”ungkapnya.
Sepuluh tahun lalu, petani setempat menghalau serangan kera dengan membuat galian sekitar 7×7 meter dengan kedalaman 5 meter.
Di dasar galian diisi buah pisang, jagung dan buah lain, sehingga kawanan kera melompat turun memakan buah-buahan tersebut. Pada tepi galian dibuat agak cekung, sehingga kawanan monyet tidak bisa keluar dari lubang galian.
“Dulu, waktu kami masih anak-anak, warga gotong royong membuat galian berhari-hari, hal ini untuk mengurangi jumlah kawanan monyet,” jelasnya.
Di dalam galian tersebut, monyet akan mati kelaparan. Setelah mati, kawanan monyet ini dikubur dan pola yang sama diulang lagi.
“Kalau sekarang buat model seperti ini, kami akan berhadapan dengan komunitas penyayang binatang, namun mereka tidak peduli kerugian yang kami hadapi,” jelasnya.
Saat ini berbagai usaha telah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil.
“Di siang hari kami bisa menghalau kawanan monyet, namun di malam hari kawanan itu beraksi,”tuturnya.
Apalagi, saat menghalau di siang hari, kawanan monyet bersembunyi di lembah sungai, sehingga persembunyiannya aman.
“Kami tidak memiliki harapan apa lagi, kemampuan petani sangat terbatas. Sekali pun dilakukan perburuan, hasilnya tidak efektif, bahkan semakin ganas,”ucapnya.
Kelian Subak Abian Buahan Kaja, Made Sandiasa mengatakan, kawanan monyet menyerang lahan pertanian karena pakan menipis di habitatnya di sungai dan koloni beranak pinak dengan cepat.
Di sepanjang sungai, kondisinya rimbun, dan jumlah petani kebun menurun.
“Kami berharap pemerintah memberikan solusi, sehingga petani nyaman berlebun sehingga petani tidak merugi. Istilahnya, petani capek-capek menanam, monyet yang panen. Hal ini menyebabkan petani malah enggan berkebun dan mencoba peruntungan di sektor pariwisata atau jasa lain seperti buruh bangunan,” tandasnya. (jay)