BULELENG – Upaya melestarikan seni budaya, terus dilakukan pemerintah kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Kebudayaan (Disbud) dan UPTD Gedong Kirtya.
Selain peningkatan sarana prasarana untuk penyimpanan lontar dan lainnya,UPTD Gedong Kirtya juga menggelar pameran ‘Seni Prasi’ sabagai upaya dan komitmen Pemkab Buleleng dalam menjaga sekaligus melestarikan warisan seni budaya, tradisi peninggalan adi luhung para pendahulu.
“Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui UPTD Gedong Kirtya Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng selalu berupaya melindungi dan melestarikan seni budaya dan tradisi salah satunya seni prasi,” tandas Kadisbud Buleleng Nyoman Wisandika saat membuka pameran di Museum Soenda Ketjil, kawasan wisata Eks Pelabuhan Buleleng, Senin (13/11/2023).
Mewakili Pj. Bupati Buleleng, mantan Sekretaris BKPSDM Buleleng ini menegaskan Pameran Prasi yang digelar tanggal 13-19 November 2023 merupakan upaya nyata Pemkab Buleleng dalam menjaga seni budaya berupa cerita bergambar menggunakan media daun lontar.
“Prasi adalah cerita bergambar yang dibuat dengan media daun lontar, ditulis menggunakan pengrupak (pisau yang di design secara khusus) untuk menggoreskan gambar pada daun lontar,” terangnya.
Dengan media daun lontar, beragam cerita mulai dari cerita sejarah, tantri, pengetahuan dan lain-lain ditampilkan dalam bentuk gambar dan tulisan.
“Kita menyadari pada era digital saat ini, hampir semua aspek menggunakan teknologi namun keterampilan melukis pada daun lontar ini merupakan kearifan lokal masyarakat yang harus dijaga dan dilestarikan,” tandasnya.
Ia menambahkan, seni prasi merupakan salah satu seni budaya, tradisi masyarakat untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan media daun lontar.
“Oleh karena itu seni prasi sebagai salah satu media penyampai pesan harus tetap dijaga dan dipertahankan keberadaannya ditegah derasnya gempuran teknologi sekalipun,” jelasnya.
Selain koleksi Gedong Kirtya, pada pameran kali ini juga ditampilkan seni prasi, karya mahasiswa Undiksha bertajuk prasi boma, sutasoma, umbara, dharma lelangon, bagus prasi ikan, perang jagaraga, arjuna wiwaha dan dyah tantri serta kreatifitas prasi modern bertajuk pecemaran lingkungan, kasih sayang buah hati, balapan jukung dan lainnya.
“Saya harapkan kegiatan ini dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa bangga serta cinta terhadap budaya lokal, warisan adi luhung yang kita miliki,” pungkasnya.(kar/jon)
