PendidikanSeni

Patung “Cupu Manik Tirta Amerta”, Hasil Pengabdian Dosen ISI Denpasar di Kali Unda, Desa Pasekbali Klungkung

Foto: Program penciptaan seni patung oleh dosen ISI Denpasar di Kali Unda, Desa Pasekbali, Klungkung menjadi daya tarik baru.

KLUNGKUNG – Program pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh dosen Program Studi Seni Murni , Fakultas Seni Ruoa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar di Kali Unda Desa Pasekbali, Klungkung.

Ketiga dosen tersebut adalah Drs. I Wayan Gulendra, M.Sn, DR. I Wayan Setem, M.Sn , Drs. I Made Bendi Yudha, M.Sn Sebuah patung berjudul “Cupu Manik Tirta Amerta” dibangun menambah keasrian kawasan yang dijadikan sport tourism tersebut.

DR. I Wayan Setem mengungkapkan, Pengabdian ini bertujuan untuk mencipta dan menyajikan Cupu Manik Tirta Amerta sebagai peningkatan apresiasi pendidikan ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam.

Model pengabdian dengan penciptaan seni patung cupu manik tirta amerta menjadi ekspresi budaya yang mampu menjadi media upaya solusi atas permasalahan kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Unda yang terjadi saat ini.

“Metode penciptaan dan penyajian meliputi perancangan model untuk menemukan desain penyajian seni patung yang memiliki kebaruan,eksplorasi alat dan bahan untuk menemukan materi utama,” kata Setem akhir pekan lalu.

BACA JUGA:  Unud Sukses Jadi Tuan Rumah Abdidaya Ormawa 2024

Dikatakan, proses penciptaan bersifat kalaborasi dengan masyarakat, pemerintah Desa Paksebali, Dawan Klungkung, komunitas seni, pencinta lingkungan, dan mahasiswa sehingga terjadi saling respon dan pertukaran pengalaman. Penciptaan ini juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan inovasi dengan kreativitas yang bisa merevitalisasi objek wisata Kali Unda guna mengembalikan vitalitas kawasan yang telah menurun.

“Dampak penciptaan ini mampu mempengaruhi meningkatnya kunjungan wisata yang berdampak pula pada kesejahteraan masyarakat, sebagai kata kuncinya adalah Eco-art, pemberdayaan masyarakat, kesadaran ekologis,” ungkapnya.

Lebih jauh dijelaskan, Cupu merupakan sebuah wadah air berbentuk Jeding (Jun) dan Manik Tita Amerta merupakan zat yang terkandung dalam air sebagai sumber kehidupan yang abadi.

Bentuk patung terinspirasi dari air yang mengalir di Kali Unda yang menghadirkan imajinasi tentang Jeding/Jun yang dililit dua ekor naga sebagai simbol naga Ananta Boga (tali kehidupan) dan naga Basuki (kesejahteraan dan kemakmuran) sebuah penggambaran sifat air yang harus kita jaga kesucian, kebersihan dan kelestariannya demi keberlangsungan segala aspek kehidupan yang ada di bumi.

Sedangkan air salah satu unsur Panca Maha Bhuta yang memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan alam beserta isinya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat sebagai penguasa hukum alam untuk mengendalikan seluruh kehidupan di bumi.

BACA JUGA:  Sinar Sosro dan Tetra Pak Umumkan Sekolah Pemenang Kompetisi DAURI

Cupu yang dililit dua ekor naga dalam hal ini sebagai sebuah penggambaran bumi itu sendiri yang dikelilingi air sebagai pelindungnya. Penggambaran dua ekor naga tersebut untuk menunjukkan sifat air dalam kehidupan sekaligus sebagai cermin dari keberadaan situasi kehidupan itu sendiri.

Air yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan, maka ada kewajiban untuk merawat dan menjaga kelestarian lingkungannya sehingga air bermanfaat bagi kehidupan sepanjang masa. Jika air dieksploitasi dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungannya dengan berbagai pencemaran dan sampah, maka air akan menghadirkan bencana dan kehancuran bagi kehidupan di bumi.

Maka air harus terjaga, kebersihan dan kesuciannya dari berbagai pengrusakan lingkungan dan pencemaran. Air dapat dijadikan cermin untuk mengamati keadaan suatu lingkungan kehidupan, tentang kebaikan, keburukan, kesehatan dan kemakmuran dari suatu tempat di bumi ini.

Judul patung yang ditawarkan menunjukkan ajakan bagi masyarakat luas untuk selalu aktif ikut serta menjaga kebersihan dan kesucian air, karena air sebagai sumber kemaknuran bagi kehidupan sepanjang masa. (sur)

Back to top button