KUTA – Hasil penataan Pantai Kuta yang tidak kunjung disusul penambahan pasir, membuat bingung para pedagang. Pasalnya pada saat ini, area yang bisa mereka tempati untuk membuka lapak terbilang sangat terbatas.
Mengakali hal tersebut, tidak sedikit pedagang yang secara swadaya membuka area untuk ditempati. Pasir di sisi barat jalan setapak ditata sedemikian rupa, kemudian disangga dengan tumpukan semacam geobag.
“Tidak ada space lagi buat tempatkan meja, kursi, dan payung. Jadi terpaksa kami timbun pasir supaya ada tempat saja, meski tidak terlalu luas,” ungkap seorang pedagang di antaranya, Rabu (13/9/2023).
Hal semacam itu, sambung dia, cenderung dilakukan oleh pedagang pada area pantai depan Hard Rock. Karena pada area itulah yang ketinggian dataran pantainya sangat jomplang. Sementara pada titik lainnya relatif lebih landai.
Bukan hanya area berjualan, pedagang juga secara swadaya membuat tangga dari tumpukan geobag. Itu dimanfaatkan untuk membantu wisatawan dalam mengakses bibir pantai.
Namun demikian, hal-hal tersebut dipastikan hanya bersifat sementara. Karena pemerintah diharapkan segera melakukan langkah penataan pasir, sehingga tidak lagi ada kendala kaitan dengan area berjualan ataupun akses menuju bibir pantai.
Terpisah, Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista tidak memungkiri adanya langkah-langkah swadaya yang dilakukan para pedagang. Menurut dia, sementara ini hal tersebut masih dipermaklumkan, berkenaan dengan kondisi pantai saat ini.
“Kalau saat ini masih kita izinkan. Itu di beberapa titik tertentu, karena kondisinya memang cukup tinggi antara jalan pantai dan pesisir pantai,” sebutnya.
Wasista sendiri belum berani memastikan sampai kapan hal tersebut akan diperkenankan. Namun demikian, dirinya meyakini bahwa itu akan hilang seiring pelaksanaan penataan pasir ke depan.
“Kami di Desa Adat Kuta menunggu itu saja,” ucapnya mengenai rencana penataan pasir pantai oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida melalui program Bali Beach Conservation Project (BBCP) Phase II tersebut. (adi/jon)