KARANGASEM – Ratusan warga Bugbug, Kecamatan/Kabupaten Karangasem kembali melakukan demo penolakan pembangunan Neano Resort di wilayah Njung Awit, Banjar Samuh yang masih menjadi satu kawasan dengan Bukit Gumang, Rabu (30/8/2023).
Awalnya demo penolakan terhadap kelanjutan pembangunan resort tersebut digelar di Lapangan Tanah Aron, depan Kantor Bupati Karangasem. Dalam aksi tersebut, terlihat mantan kelihat Desa Adat Bugbug, Wayan Mas Suyasa dan pentolan Tim 9 beberapa tokoh Tim 9 I Putu Harta.
Aksi yang berlangsung selama lebih dari satu jam, diwarnai umpatan kotor kepada pemerintah itu berjalan lancar. Usai menggelar aksi, ratusan massa ngeluruk pembangunan Neano Resort milik investor Ceko di wilayah Njung Awit di kawasan objek wisata Candidasa.
Sayang, aksi yang mereka lakukan sedikit anarkis. Selain melakukan pembakaran bangunan resort di sejumlah titik, massa juga menjebol tembok pembatas bangunan resort tersebut. Beruntung personil Polres Karangasem bergerak sigap dan berhasil menghentikan aksi anarkis yang dilakukan massa tersebut.
Pantauan di lokasi menyebutkan, ratusan warga datang ke lokasi saat proyek pembangunan Neano Resort sedang berlangsung. Mencegah massa agar tidak bertindak lebih anarkis. Polres Karangasem mengerahkan dua pleton Dalmas yang di back up Brimob Polda Bali.
Bukan itu saja, Dinas Damkar Karangasem juga menerjunkan tiga unit mobil Damkar. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi agar kebakaran Resort Neano yang dibakar oleh massa tidak sampai meluas.
Kapolres Karangasem AKBP Ricko AA Taruna yang turun bersama Dandim 1623 Karangasem Letkol Inf Sutikno juga bergerak sigap. Massa akhirnya membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing setelah Kapolres bersama Dandim melakukan mediasi secara persuasif dengan massa.
Mediasi juga melibatkan Perbekel Desa Bugbug ,I Made Diatmaja, Kepala Kesbangpol I Wayan Sutapa dan Anggota DPRD Karangasem I Nengah Suparta.
Kendati masa demikian, massa tetap mendesak agar Pemerintah secepatnya menghentikan kelanjutan pembangunan Neano Resort dihentikan.
Kapolres Karangasem, AKBP Ricko AA Taruna, aksi demo ratusan warga Bugbug itu sudah diantisipasi sejak awal lengkap dengan peralatan yang disiagakan. Kendati ada pembakaran, namun Kapolres menolak aksi massa tersebut belum mengarah anarkis.
“Apa yang dilakukan sebagian massa dengan melakukan aksi pembakaran resort Neano bersifat diluar kendali. Tapi insiden kecil itu sudah bisa kami tangani dengan baik. Beberapa titik bangunan resort yang dibakar sudah kami padamkan dengan peralatan yang memang sudah disiapkan sejak awal,” kata Kapolres, seraya menambahkan, bahwa pihaknya segera akan berkoordinasi dengan Forkopimda untuk melakukan mediasi antara kelompok yang menolak pembangunan resort Neano dengan kelompok yang mendukung.
Sementara itu, Perbekel Desa Bugbug, I Made Diatmaja, di hadapan masyarakat yang ngeluruk ke lokasi pembangunan Neano Resort, mengatakan, aksi massa yang berbuntut pembakaran tidak terlepas dari kekecewaan warga akibat aspirasi yang tidak mendapat atensi dari pemerintah.
“Kalau masih ada pekerja yang masih mengerjakan proyek di tempat ini dan massa kembali bergerak, kami tidak mau tanggung jawab. Pemerintah mestinya peka menyikapi situasi ini, kasihan pihak kepolisian terus sibuk melakukan pengamanan ini,” ucapnya.
Diatmaja mengatakan, pihaknya meminta warga menunggu hasil Pansus yang dilaksanakan DPRD Karangasem. Sembari menunggu Pansus tersebut, dia berharap pihak terkait bisa menghentikan proyek ini sambil proses ini berjalan.
Kesbangpolinmas I Wayan Sutapa, mengatakan, pihaknya meminta masyarakat sedikit bersabar. Pasalnya, Pansus Dewan tengah berproses. “Mohon tunggu, karena proses pansus tengah berjalan,” pinta Sutapa.
Di pihak lain, Ketua Komisi I DPRD Karangasem , I Nengah Suparta mengatakan, tahapan Pansus akan dilaksanakan pada tanggal 5 September dan mengundang Bupati Karangasem beserta Forkopimda.
Politisi asal Banjar Samuh, Desa Bugbug ini, mengatakan, selama proses Pansus berjalan, pihaknya akan selalu mengontrol pekerja yang mengerjakan proyek tersebut.
“Saya sepakat dengan krama, karena rumah saya dekat dengan proyek ini, sehingga gampang mengontrol pekerja yang hadir, sehingga nanti tidak ada pekerja yang hadir disini,” pungkasnya. (wat,dha)