KUTSEL – Lalulintas di Jalan Pratama, Kecamatan Kuta Selatan, mendadak mengalami kemacetan parah pada Sabtu (26/8/2023) lalu. Saking macetnya, tidak sedikit wisatawan watersport tepaksa diangkut menggunakan sepeda motor.
Kondisi tersebut kabarnya berkenaan dengan rangkaian gelaran event maraton baru-baru ini. Yang mana memilih salah satu akomodasi wisata di bilangan Jalan Pratama, Tanjung Benoa, sebagai lokasi registrasi.
Alhasil hal tersebut pun menjadi bahan bahasan di kalangan tokoh masyarakat Kuta Selatan. Ada mengkritisi pemilihan lokasi yang dipandang kurang memperhitungkan kondisi akses, dan ada pula yang mengkaitkannya dengan rencana pembangunan akses alternatif Jalan Lingkar Barat Tanjung Benoa yang dahulu pernah berhembus.
Bendesa Adat Tanjung Benoa, Made ‘Yonda’ Wijaya, adalah salah seorang tokoh masyarakat yang mengaku menyayangkan kejadian tersebut. Karena menurut dia, peristiwa yang dirasa akibat kurang perhitungan itu, menimbulkan gangguan bagi aktivitas masyarakat.
Telebih saat ini, Jalan Pratama notabene masih merupakan satu-satunya akses keluar masuk wisata watersport Tanjung Benoa.
Yonda pun mengaku turut menjadi korban kemacetan yang ditimbulkan. Lantaran kondisi tersebut, untuk mengikuti pertemuan di wilayah Gianyar, dirinya terpaksa harus menempuh jalur laut.
“Saya sampai harus lewat laut naik speed boat dan dijemput di pelabuhan untuk menghadiri agenda Pesamuhan Agung di Gianyar. Ya apa boleh buat, dengan terpaksa biar bisa hadir memenuhi undangan,” bebernya.
Kejadian semacam itu, diharapkan tidak terulang kembali. Ke depan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di wilayah Tanjung Benoa, ditegaskan wajib untuk memperhitungkan berbagai aspek lain. Termasuk di antaranya kapasitas akses.
Diakuinya, dahulu sempat ada rencana dari Pemerintah Kabupaten Badung untuk membangun akses alternatif guna memecah lalulintas di Jalan Pratama. Lokasinya berada di pesisir barat wilayah Tanjung Benoa. Namun hingga saat ini, rencana bernama Jalan Lingkar Barat Tanjung Benoa tersebut tidak kunjung terealisasi.
Dikonfirmasi dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), IB Surya Suamba membenarkan bahwa tender Konsultasi Perencanaan Penyusunan DED Pembangunan Jalan Lingkar Barat Tanjung Benoa memang telah dilakukan pada Agustus 2017 silam. Dan kini, tahapannya sedang melangkah pada proses review design.
“Tahun depan kita usulkan penyusunan FS (Feasibility Study) dan Amdal-nya dahulu. Belum bisa ke fisik. DED sudah, tapi saat ini kita review,” jawabnya dikonfirmasi via pesan WhatsApp.
Review dilakukan, katanya berkenaan dengan rencana awal yang turut mengenai kawasan hutan mangrove. Dimana berdasarkan hasil koordinasi, itu dirasa susah untuk mendapatkan izin. Karena itulah kini dikaji untuk masuk melalui Jalan Telaga Waja dan keluar lewat Jalan Segara Geni. (adi/jon)