DENPASAR – Griya Santrian Gallery Sanur menggelar pameran lukisan bertemakan In Honor Of Nyoman Gunarsa (Mengenang Nyoman Gunarsa). Pameran bakal dibuka oleh Koordinator Staf Khusus Presiden RI, A.A.G.N Ari Dwipayana .
Puluhan karya Nyoman Gunarsa dipajang selama satu bulan lebih sejak 24 Februari 2023 hingga tanggal 31 Maret 2023. Pameran ini selain untuk mengenang dedikasi sang maestro di dunia seni khususnya seni lukis juga untuk mengobati kerinduan pencinta dan penikmat seni lukis di Nusantara.
Pemilik Geriya Santrian Gallery Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan,pameran ini merupakan persembahan dan penghormatan bagi jejak kekaryaan seniman besar Nyoman Gunarsa.
“Beliau tumbuh di lingkungan yang berakar budaya Bali dan melalanglang buana hingga mencapai puncak ketenaran hingga menjadi salah satu maestro yang kita miliki,” tandas pria yang akrab disapa Gusde, Kamis (23/2).
Sejak Nyoman Gunarsa almarhum, pameran ini merupakan kali pertama diadakan di Bali. Pameran ini memiliki arti penting, tidak sekedar menampilkan kembali karya Nyoman Gunarsa tapi jauh dari itu untuk mengingatkan warga Bali serta masyarakat pencinta seni di Nusantara, kalau sosok Nyoman Gunarsa hidupnya total didedikasikan untuk seni dan budaya.
“Nyoman Gunarsa terus mendedikasikan dirinya untuk berbagai hal dalam seni dan budaya,” kata istri Nyoman Gunarsa, Indrawati Gunarsa.
Nyoman Gunarsa merupakan maestro seni lukis berasal dari Dusun Banda, Desa Takmung,Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali. Gunarsa lahir pada 15 April 1944, dan mengasah bakat seni melukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.
Nyoman Gunarsa pernah memberikan “Gunarsa Prize’ di UNS Solo, di ISI Yogyakarta. Demikian juga Nyoman Gunarsa Museum memberikan penghargaan Aji Sewaka Nugraha kepada seniman dan budayawan. Saat bergabung dengan Sanggar Dewata Indonesia, beberapa kali memberikan penghargaan Lempad Prize kepada seniman dan budayawan Indonesia.
Perjalanan hidup dan proses berkesenian Nyoman Gunarsa yang terlahir dengan talenta seni dijalaninya cukup panjang. Proses panjang inilah Gunarsa menciptakan tujuh periodisasi berkesenian.
Dikutip dari History Maestro Dr (HC) Nyoman Gunarsa, diawali dengan periodisasi akademis (1960-1976), masa-masa Nyoman Gunarsa menempuh pendidikan akademis di ASRI Yogyakarta. Periode Sesajen (1960-1970) masa Nyoman Gunarsa menemukan jati diri dengan mengangkat aneka sesajen persembahan umat Hindu di Bali dalam objek karya seni lukisnya.
Berlanjut ke periode Aringgit (1970-1980) masa dimana Nyoman Gunarsa menuangkan aneka bentuk wayang dalam karya lukisnya. Periode Sintesa (1980-1990), Nyoman Gunarsa memilih menggabungkan periode Aringgit dengan periode Sesajen.
Periode Tari (1990 an) merupakan periode keemasan dalam periode seni lukis Nyoman Gunarsa. Gunarsa yang dijuluki “pelukis bertangan emas”melukis dinamika dan ekspresi penari Bali dalam seni lukisannya.
Memasuki periode Moksa (2000 an) masa-masa Nyoman Gunarsa membebaskan diri antara dunia nyata dan tak nyata yang tertuang secara nyata dalam karya seninya. Periode Kebebasan (2007) masa-masa Nyoman Gunarsa melukis realita kehidupan dan bebas merdeka memilih objek lukisan yang dituangkan dalam karya seni lukisannya.
Nyoman Gunarsa pemilik Museum Nyoman Gunarsa yang berdiri di Dusun Banda,Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali ini merupakan legenda seni rupa di Bali. Tokoh penting pendiri Sanggar Dewata Indonesia ini juga dikenal memiliki kecerdasan sosial. Itu terlihat dari pergaulan Nyoman Gunarsa dengan banyak kalangan hingga pejabat tinggi di negeri ini.
Tidak kurang Presiden Ir. Soekarno pun berkesempatan memberikan tanda tangan pada sebuah karya sketsa Nyoman Gunarsa. Pun Presiden Joko Widodo juga mengkoleksi lukisan Nyoman Gunarsa yang bercerita “Jokowi Minum Jamu”. Gunarsa bersama istri diundang ke istana untuk menyerahkan lukisan tersebut.
Lukisan Jokowi MinumJamu dipajang di ruang rapat kepresidenan di Istana Negara. Pada Agustus 2017, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Museum Nyoman Gunarsa di Dusun Banda, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali.
Tidak berhenti sampai disitu, Nyoman Gunarsa juga mengukir sejarah sebagai pejuang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karya seni lukis di Indonesia.
“Sosok Nyoman Gunarsa adalah pejuang sekaligus pahlawan dalam seni lukis moderen. Memiliki dedikasi tinggi untuk kemajuan peradaban Bali yang diterima dunia internasional,”demikian Indrawati Gunarsa yang juga pemilik Museum Nyoman Gunarsa (sur, yan)