KLUNGKUNG- Desa Besan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung selain terkenal sebagai penghasil gula merah, juga dikenal sebagai penghasil gula semut. Gula semut adalah gula merah dalam bentuk bubuk dan sering disebut gula kristal.
Disebut gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut bersarang di tanah. Gula semut terbuat dari bahan dasar nira pohon kelapa. Proses pembuatan gula semut hampir sama dengan gula merah, nira pohon kelapa dimasak dengan kayu bakar 2-3 jam hingga matang.
Setelah matang, nira pohon kelapa itu kembali diaduk hingga berbentuk kristal. Setelah berbentuk kristal kasar, kembali diaduk dengan cukup maksimal hingga menghasilkan serbuk kasar.
Serbuk kasar atau gula semut setengah jadi inilah dilakukan penggilingan hingga tidak ada dalam bentuk gumpalan gula. Setelah semua gumpalan gula tergiling, proses akhir dilakukan pengayakan hingga benar-benar serbuk gula semut itu menjadi halus. Barulah gula semut itu dijemur sebelum dipasarkan.
Sayangnya, di Desa Besan saat ini hanya tinggal satu orang pengrajin gula semut yang masih kuat bertahan. Pengrajin gula semut yang masih bertahan yakni Komang Suwela.
“Kalau dulu banyak warga disini yang membuat gula semua termasuk membuat gula merah. Tapi saat ini yang masih bertahan membuat gula semut hanya saya saja. Karena prosesnya agak lama dan dulu tidak begitu laris, maka banyak yang meninggalkan,” tandas Komang Suwela ditemui di rumahnya, Kamis (22/12/2022).
Suwela tampak dengan sabar mengaduk nira kelapa yang dimasak seraya sesekali mengusap keringat di wajahnya. Tangannya tidak ada henti menggerakkan alat pengaduk, sesekali ia memasukan kayu bakar ke dalam tungku untuk menjaga kualitas pembakaran.
Selesai proses pengkristalan gula semut,ia mengajak wartawan melihat bentuk gula semut yang sudah jadi tinggal dikeringkan saja.
“Kalau dibandingkan dengan proses membuat gula merah, gula semut prosesnya agak lama, karena itu harganya pun lebih mahal,” ungkapnya.
Satu kilo gula semut harganya Rp 45.000, lebih mahal ketimbang harga gula merah satu kilonya hanya Rp 25.000. Soal pemasaran, kata Suwela, gula semut makin diminati tidak saja untuk makanan dan minuman seperti kopi, teh jahe.
Pemanis alami yang memiliki aroma khas ini juga laris manis untuk keperluan kesehatan kulit yakni digunakan sebagai lulur. Suwela mengaku gula semut yang ia buat dikirim ke sejumlah spa di Kuta, swalayan, gerai makanan siap saji ternama di Bali. Dalam sehari Suwela bisa memproduksi 15-20 kilogram gula semut. (yan)