KLUNGKUNG- Bantuan berupa dua pompa air tenaga surya dari Pemerintah Kota Toyama, Jepang yang sempat diberikan kepada Subak Semagung diharapkan memberikan solusi persoalan air irigasi di subak setempat.
Sayangnya, bantuan yang diserahkan sekaligus resmi dioperasikan sejak awal Januari 2020 itu,hanya beroperasi selama enam bulan. Setelah itu pompa tersebut mengalami gangguan dan tidak dapat mengangkat air Sungai Bubuh secara maksimal.
Sampai akhirnya sejak setahun lebih hingga saat ini pompa itu sama sekali tidak bisa dimanfaatkan lantaran kabel panel surya putus akibat kena alat berat saat berlangsung proyek betonisasi di Subak Lunjungan, Desa Tusan.
Kelihan Subak Semagung Wayan Darta dikonfirmasi, Selasa (13/12) menyampaikan, pasca terputusnya kabel panel surya sejak setahun lebih, pompa sama sekali tidak bisa digunakan. Darta mengaku sudah melaporkan hal itu kepada Pemkab Klungkung, Unud selaku pihak yang diajak kerja sama oleh Pemerintah Toyama, Jepang dan pihak Konsulat Jepang.
“Sempat dicek oleh pihak Unud, tapi sampai sekarang belum ada perbaikan,” tandas Wayan Darta ditemui di rumahnya di Semagung.
Menurut Darta sejak awal beroperasinya bantuan pompa mesin tersebut, tidak sesuai ekspektasi. Karena mesin tidak maksimal bisa mengangkat air Sungai Bubuh. Padahal kata Darta,mesin tersebut secara fisik berukuran besar dan dipasangi dua pipa besar.
“Debit airnya tidak maksimal padahal mesinnya besar dan air sungai sebenarnya lumayan besar. Tapi air yang bisa diangkat justru kok kecil,” ungkap Darta.
Dengan situasi seperti itu (kurang air), petani di Subak Semagung hanya mengandalkan air dari Dam atau bendungan Dedari dan sebagian dari Dam Tunggak Alas. Tapi tetap air irigasi tidak maksimal karena kedua dam tersebut juga dimanfaatkan sejumlah subak di Kecamatan Banjarangkan.
“Saya sampai tidak enak karena warga pakrimik (mengeluh) karena sudah diizinkan memakai tanah milik desa adat untuk pembangunan panel surya. Tapi pompa tidak berfungsi sampai sekarang,” ujar Darta.
Darta juga mengaku ia harus begadang hampir setiap malam mencari air ke hulu agar petani yang dapat giliran bercocok tanam padi mendapatkan air. Guna mencegah terjadinya gagal panen, Darta mengatur pola tanam pada empat tempek (wilayah subak) yakni, Tempek Panjer dengan luas lahan 10 hektar.
Tempek Lantang dengan luas 15 hektar, Tempek Ida Ratu luas lahan 10 hektar dan Tempek Delod Seme luas lahan 25 hektar. Setiap tempek dapat giliran menanam padi dua tahun sekali. Selebihnya petani wajib menanam palawija. Luas Subak Semagung totalnya mencapai 60 hektar dengan anggota subak sebanyak 125 orang. (yan)