KLUNGKUNG- Kabupaten Klungkung kini memiliki kekhasan produk pertanian yang resmi diakui oleh pemerintah.
Produk dimaksud adalah garam Desa Kusamba atau dikenal Garam Kusamba. Garam Kusamba kini sudah mengantongi sertifikat
indikasi geografis (IG) yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Sertifikat diserahkan melalui Gubernur Bali Wayan Koster kepada Bupati I Nyoman Suwirta. Selanjutnya Bupati menyerahkan kepada kelompok petani garam di Desa Kusamba, Senin (17/1/2022).
Beberapa hal positif yang bisa didapat dari pengakuan pemerintah tersebut seperti, kekhasan produk Kabupaten Klungkung itu terangkat secara nasional.
Meski Garam Kusamba kerap dipasarkan hingga ke belahan Benua Eropa.
Garam Kusamba setelah bersertifikat bisa mengangkat nilai tambah bagi pendapatan petani garam di Desa Kusamba.
Selain itu, produk yang sudah bersertifikat IG diharapkan memberikan dampak positif terhadap kenaikan produksi, harga yang lebih baik, peluang pasar yang lebih luas sekaligus peluang menjadikan kawasan lokasi penggaraman sebagai agro wisata.
“Semoga dengan sertifikat ini Garam Kusamba semakin terkenal dan tentunya nanti muncul petani garam milenial,” kata Bupati Suwirta.
Suwirta juga menyatakan, dirinya kesulitan mencetak petani garam milenial untuk menjaga keberlanjutan. Pasalnya, anak muda saat ini tidak terlalu berminat terjun sebagai petani garam.
Sementara itu bagi Pemkab Klungkung, sertifikat IG menjadi titik tolak untuk tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk. Serta petani dan masyarakat setempat harus tetap dibina untuk terus melindungi kekhasan produk dan lingkungan sekitarnya.
Ketua Kelompok Sarining Segara Mangku Rena mengungkapkan terima kasih atas perhatian pemerintah, sehingga Garam Kusamba bisa mendapatkan sertifikat. Mangku Rena bersama anggotanya sebanyak 17 orang, berjanji akan mengikuti apa yang diarahkan oleh Pemkab Klungkung.
Namun untuk produksi, sejak November 2021 petani garam di Desa Kusamba tidak bisa memproduksi garam secara maksimal. Ini karena terkendala cuaca, musim hujan masih berlangsung diperkirakan hingga awal Maret 2022.
“Siangnya cuacanya mendung, malam sudah hujan. Jadi kami tidak bisa memproses pembuatan garam secara maksimal,” kata Mangku Rena. (yan)