KUTSEL – Sekaa Teruna (ST) se-Desa Adat Bualu sepakat untuk tidak membuat ogoh-ogoh menyambut hari suci Nyepi 1944 nanti. Kata sepakat itupun telah dituliskan dalam sebuah Berita Acara Keputusan Rapat Prajuru Desa Adat Bualu, tertanggal 11 Januari 2022 lalu. Sementara di lain tempat berlomba-lomba membuat ogoh-ogoh ketika doiberikan kesempatan.
Dihubungi Selasa (11/1/2022), Bendesa Adat Bualu I Wayan Mudita mengatakan, ada sejumlah pertimbangan yang menjadi perhatian. Sehingga kedelapan ST banjar adat se-Desa Adat Bualu sepakat tidak melaksanakan pembuatan ataupun pawai ogoh-ogoh.
Termasuk diantaranya soal rentang waktu persiapan yang terbilang mepet, biaya, serta ketentuan-ketentuan termuat dalam Surat Edaran Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 009/SE/MDA-Prov Bali/XII/2021 tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh-ogoh Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944.
“Itu juga hasil duduk bersama antara ST dan kelian banjar. Di samping itu, sekarang ini masih situasi pandemi, jadi kami tetap menghormati dan menjaga apa yang menjadi anjuran pemerintah. Selain itu ada juga kekhawatiran terulangnya pengalaman sebelumnya, yakni ketika ogoh-ogoh dibuat, beberapa hari sebelum pengarakan malah muncul pelarangan akibat pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Selain meniadakan pembuatan ogoh-ogoh, pesangkepan yang digelar Minggu (9/1/2022) tersebut katanya juga menyepakati gelaran sejumlah kegiatan positif sebagai pengganti. Di antaranya seperti persembahyangan bersama ataupun pasraman kilat, dengan tetap membuat surat pemberitahuan terlebih dahulu ke prajuru Desa Adat Bualu dan Ketua Satgas Gotong Royong Covid-19 Desa Adat Bualu.
“Nanti kami dari prajuru tentu tetap patroli memantau kegiatan masing-masing, agar tidak berkerumun melebihi apa yang sudah menjadi imbauan pemerintah. Karena kami di Desa Adat Bualu komitmen untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah kaitan upaya menekan penyebaran Covid-19. Apalagi belakangan ini di Desa Adat Bulau sudah nol kasus Covid-19. Itulah yang ingin kami jaga,” tegasnya.
Namun demikian menurut dia, lampu hijau pembuatan ogoh-ogoh yang sudah diberikan pemerintah, merupakan hal yang patut diapresiasi. Terlebih khususnya di Badung, pemerintah bahkan memiliki sebuah rencana pemberian stimulus senilai Rp 10 juta kepada setiap ST yang membuat ogoh-ogoh.
“Jika membuat ogoh-ogoh, biaya yang dibutuhkan kami rasa akan melebihi dari itu. Sementara kondisi dana di ST ataupun banjar, sekarang ini sangat minim sekali. Apalagi untuk melaksanakan kegiatan seperti itu,” bebernya.
Namun dirinya memastikan, ketika nanti situasi perekonomian sudah pulih dan normal kembali tanpa kasus Covid, maka rangkaian Dresta Lango dan Dharma Santhi yang biasa dihelat saat momen perayaan tahun baru saka, akan dilaksanakan kembali. Tentunya termasuk pula pawai ogoh-ogoh yang melibatkan masing-masing banjar sebagai rangkaiannya.
“Untuk tahun ini, kegiatan Dharma Santhi tetap kami laksanakan, tapi dalam skup yang kecil. Karena kami tetap menghormati aturan pemerintah baik Daerah maupun Pusat, sekaligus menjaga supaya tidak terjadi klaster baru Covid-19,” pungkasnya. (adi/jon)