KLUNGKUNG- Orang Bali punya berbagai ritual untuk menyelamatkan alam agar tetap lestari. Salah satunya Nyepi Segara yang dilaksanakan Desa Adat Kusamba, Kecamatan Kamis 21 Oktober 2021.
Nyepi Segara bertujuan penghormatan kepada alam sekaligus ucapan terima kasih kepada sang pencipta, karena laut sebagai salah satu sumber penghidupan.
Saat Nyepi Segara, pesisir dan lautan di Kusamba hening selama 12 jam, tanpa aktivitas nelayan dan penyeberangan ditutup. Nyepi Segara sudah menjadi tradisi bagi warga Desa Adat Kusamba. Tradisi ini sudah diwarisi sejak turun temurun.
Awalnya, ritual Nyepi Segara hanya dilaksanakan oleh warga pesisir. Namun dalam perjalanannya, Nyepi Segara dilaksanakan oleh semua warga Desa Adat Kusamba.
Warga Kusamba sangat disiplin dan menghormati tradisi yang sudah diwariskan itu. Menurut Wakil Ketua Pecalang Ketut Suardika, tidak ada warga yang melanggar selama pelaksanaan Nyepi Segara.
“Pengalaman saya berjaga saat Nyepi Segara, tidak ada warga di sini yang melanggar. Kalau ada warga luar ke sini, kami beritahukan kalau ada pelaksanaan Nyepi Segara,” kata Suardika ditemui di Pantai Segara, Desa Kusamba, Kamis 21 Oktober 2021.
Menurut Bendesa Adat Kusamba Anak Agung Gede Raka Swastika tradisi ini rutin digelar selama turun menurun serangkaian ngusaba di Pura Segara yang jatuh setiap Purnama Kelima sesuai penanggalan Bali.
“Sebelum pelaksanaan Nyepi Segara ini, kami juga sudah koordinasi ke instansi terkait seperti Dinas Perhubungan dan lainnya. Karena semua aktivitas di pesisir, termasuk penyebrangan akan ditutup sementara,” jelasnya.
Nyepi Segara dimulai pukul 06.00 wita, hingga pukul 18.00 wita. Selama nyepi berlangsung, warga tidak diperkenankan melakukan berbagai aktivitas di laut dan pesisir pantai. Termasuk penyebrangan dari Kusamba menuju Nusa Penida, dan sebaliknya juga ditutup. Warga yang hendak menyebrang ke Nusa Penida, diarahkan melalui Pelabuhan Padang Bai, Karangasem maupun Pelabuhan di Sanur. (yan)