BADUNG – Sempat tertunda selama setahun karena pandemi Covid-19, Upacara Pamikukuh Bendesa Adat Tuban Drs. I Wayan Mendra MSi. masa bakti 2020-2025 akhirnya dilaksanakan di Wantilan Pura Dalem Desa Adat Tuban, Rabu (2/9/2020).
Pamikukuh oleh Majelis Desa Adat Kabupaten Badung itu juga dilakukan terhadap prajuru, sabha desa, kertha desa, serta pesayahan. Sebelum upacara pamikukuh, bendesa bersama prajuru terpilih melaksanakan upacara Mejaya Jaya dan Maguru Piduka.
Lancarnya pelaksanaan prosesi pamikukuh sangat disyukuri Bendesa Adat Tuban Drs I Wayan Mendra MSi. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak. Mendra mengatakan, rencana awal pamikukuh dilaksanakan Maret 2020, setelah proses pemilihan menyepakati pihaknya kembali menjadi Bendesa Adat Tuban. Atas kepercayaan itu, Mendra mengaku siap untuk kembali ngayah bersama para prajuru.
“Periode lima tahun sebelumnya, kami telah melaksanakan tugas sesuai dengan awig-awig dan loka dresta yang ada baik di bidang Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Semua kita jalankan dengan baik. Dalam bekerja, kami juga memiliki program kerja. Dimana tolak ukur pencapaian kerja kami periode lalu itu mencapai 78 persen,” kata Mendra.
Mendra juga mengakui pada periode kepemimpinan sebelumnya, masih ada sejumlah pekerjaan yang belum terselesaikan diantaranya menyangkut Palemahan Desa Adat Tuban, seperti penetapan batas wilayah antara Tuban dengan Kuta. Selain itu juga penataan Catus Pata Desa Adat Tuban, penataan perwajahan wilayah, pembangunan ulang Pura Dalem Desa Adat Tuban, serta sebuah usulan baru berupa pendalaman loloan di pantai timur Desa Adat Tuban, dan pembuatan flyover atau underpass simpang Bandara I Gusti Ngurah Rai. “Jadi itu sejumlah program yang akan kami kawal ke depan. Karena ini kaitannya dengan pemerintah, maka kami harap pemerintah bisa mewujudkan harapan dan cita-cita kami itu,” sebutnya sembari menyampaikan bahwa sebagai pintu gerbang pariwisata Bali, Desa Adat Tuban seyogyanya mendapat perhatian dari pemerintah. Tidak lain, itu guna memberi kesan pertama yang baik kepada para wisatawan.
Sementara, berkaitan dengan pembangunan Pura Dalem Desa Adat Tuban, pihaknya sudah mengajukan permohonan hibah tahun 2017 senilai Rp 19 miliar. Selain perbaikan kondisi bangunan, lokasi pura rencana akan ditinggikan lagi sekitar tiga meter dari posisi semula. Sementara untuk pendalaman loloan di pantai timur, pihaknya mengaku mengusulkan agar dilakukan pengerukan sedimentasi dan perpanjangan senderan Tukad Mati hingga di dekat Jalan Tol Bali Mandara. Dengan demikian, maka nelayan akan lebih leluasa ketika melaut. Sedangkan untuk mengurai kemacetan di Tuban, pihaknya juga sudah menyampaikan agar bisa dibuatkan flyover atau underpass di dekat bandara. “Kami juga berharap Tuban bisa dibuatkan ikon lain, selain bandara dan taman Ksatria Gatot Kaca. Kami ingin mengembangkan Kampoeng Kepiting sebagai eko mangrove, baik dengan wahana permainan air atau aktivitas wisata lainnya,” ujarnya.
Ditanya soal penataan Catus Pata, Mendra mengakui bahwa itu memang ada kaitannya dengan janji Bupati Badung. Namun dipastikan dia, hal tersebut telah mendapat atensi. Buktinya, DED mengenai hal tersebut sudahlah keluar pada tahun 2018 lalu. Namun karena kondisi APBD Badung saat ini yang dipengaruhi pula pandemi Covid-19, maka hal itu urung bisa dilaksanakan pada tahun ini. Karena itulah Mendra berharap agar Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta bisa kembali duduk melanjutkan kepemimpinannya di periode selanjutnya. Sehingga program-program tertunda benar-benar bisa terlaksana pada masa itu.
Di sisi lain, Mendra juga menerangkan bahwa Desa Adat Tuban memiliki luas sekitar 3 ribu meter persegi. Di dalamnya terdapat 559 KK krama adat, serta 3500 KK krama dinas ataupun tamiu. Meski heterogen, Tuban dipastikan merupakan wilayah yang sangat kondusif, dengan toleransi antar umat beragama yang terjaga dengan baik. (adi)