BADUNG – Tiga sekawan asal Legian yang menjadi produsen pakaian bermerek HUCK kini berjibaku untuk bisa tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Metode penjualan konvensional yang sedang berada di fase kurang menjanjikan memaksa mereka untuk lebih fokus bermain di marketplace.
“Usaha ini sudah berdiri sejak 11 tahun lalu. Awalnya hanya iseng dan ternyata masih bisa berjalan hingga saat ini. Namun, pandemi Covid-19 benar-benar memaksa kami mencari jalan alternatif yaitu mencoba beralih dan lebih fokus ke online atau marketplace,” tutur I Gede Oka Sugandhi (29).
Meski belum sebanding dengan penjualan di kondisi normal, alternatif tersebut dirasa cukup menjanjikan. Karenanya, Sugandhi bersama dua rekannya, I Nyoman Astawa (30) dan I Wayan Yoga Adi Surya (29) fokus berjualan lewat online dan menutup toko untuk sementara waktu. “Kami belum berani produksi baru lagi dan sekarang menghabiskan stok yang ada,” ungkapnya.
Sebelum pandemi virus corona, produk HUCK cenderung diminati wisatawan asing dengan perbandingan 70:30 persen. Sedangkan penjualan via online, konsumen dodiminasi dari luar Bali seperti Banyuwangi. “Sekarang sudah memasuki era new normal dan kemungkinan bulan depan toko dibuka kembali,” ungkap Sugandhi yang saat itu bersama Ketut Sentanu, tokoh LPM Legian yang selama ini aktif memberikan dukungan terhadap keberlanjutan usaha produk pakaian dan aksesori yang didirikan sejak tahun 2009 dengan modal awal hanya Rp 1,5 juta itu.
Disinggung bantuan dari pemerintah, ketiganya awalnya cenderung ragu menjawab tapi kemudian mengaku sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah. Apalagi, mereka mendengar informasi Pemkab Badung mengarahkan bantuan kepada pelaku UMKM. “Belum ada kami menerima bantuan dari pemerintah. Kalau ada, tentu kami sangat mengapresiasi,” ucap Sugandhi. (adi)