DENPASAR – Menjelang pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di DPRD Bali, Komisi III DPRD Bali langsung meninjau Pembangkit Liatrik Tenaga Surya (PLTS) di Kayubihi, Bangli, Rabu (01/7/2020). PLTS ini dibangun diresmikan pada 2013 semasa Menteri Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM) dijabat Jero Wacikyang notabena putra asal Bangli ini.
Menurut Koordinator Pembahasan Ranperda RUED di DPRD Bali I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi WS akan memulai proses pembahasan pada hari ini, Kamis (2/7). Diah Werdhi mengatakan kunjungan lapangan ke Desa Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli, merupakan bagian dari langkah awal Pansus RUED sebelum melakukan pembahasan lebih dalam. “Kami sudah melihat langsung di lapangan terkait pembahasan ranperda RUED diawali dengan rapat kerja bersama pihak terkait, Kamis besok (hari ini,red),”ujarnya.
Politisi PDIP Bali asal Jembrana ini mengatakan, pembangkit listrik PLTS si Kayubihi Bangli ini merupakan salah satu penghasil energi terbarukan yang sangat bergantung pada sinar matahari. Pada 2017 lalu, pembangkit ini dikelola Perusahaan Daerah (Perusda) Bangli bekerja sama dengan PLN. “Dalam sehari, sambungnya, pembangkit ini menghasilkan energi listrik sebesar 3.000 KWh. Harga per KWh dari PLN sebesar Rp 750 atau, dalam sehari setara Rp 2.250.000,” jelasnya.
Sementara penjelasan yang diterima pihaknya, kapasitas listrik yang dihasilkan oleh 50 inferter dengan 5.000 panel surya buatan Tiongkok. Sinar matahari yang mengenai panel surya itu kemudian diteruskan ke mesin combiner. Selanjutnya, arus langsung atau DC dari energi listrik yang dihasilkan kemudian diubah lagi menjadi energi listrik berarus tidak langsung atau AC.
Keberadaan PLTS ini juga dimanfaatkan untuk bidang pertanian dan perbengkelan. Diah Werdhi mengakui dalam konteks lingkungan, pembangkit ini ramah lingkungan. Namun demikian aampai saat ini Diah Werdhi bersama Komisi III yang menjadi leasing sektor pemvahasan masih memfokuskan diri pada manfaat dari pembangkit listrik PLTS tersebut. Sehingga pihaknya belum sampai pada biaya dan investasi termasuk jenis teknologi pembangkit listrik yang akan dikembangkan di Bali. “Untuk jenis teknologi pembangkit lainnya mungkin kita akan dibahas lebih mendalam saat pembahasan nanti,” pungkasnya. (arn)