
GIANYAR – Potensi pendapatan Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, diperkirakan hilang Rp 2 miliar dalam kurun waktu tiga bulan terakhir menyusul penutupan obyek wisata Pura Desa Batuan karena pandemi Covid-19.
Bendesa Adat Batuan I Made Djabur BA didampingi Wakil Bendesa I Ketut Wastika belum bisa memastikan kapan Pura Desa Batuan dibuka untuk wisatawan. “Kami menunggu instruksi pemerintah. Seandainya sudah diperbolehkan, kami siap dengan protokol kesehatan seperti menyediakan wastafel, pengawasan pengunjung wajib masker dan jaga jarak,” ujarnya.
Kendati kehilangan pendapatan cukup signifikan, Desa Adat tetap menggelontorkan bantuan berupa beras yang telah masuk tahap ketiga, Kamis (4/6/2020) untuk 1.076 krama pengarep. Satu kepala keluarga mendapat jatah 75 kilogram beras selama tiga bulan berturut-turut.
Bendesa Adat Batuan I Made Djabur BA didampingi Wakil Bendesa I Ketut Wastika mengatakan, bantuan beras kepada warganya itu menghabiskan dana sekitar Rp 950 juta. “Apabila situasi belum normal, kami tetap berencana menggelontorkan bantuan kepada warga,” ujarnya.
Apabila situasi kembali membaik, Desa Adat akan menyuntikkan stimulus sebagai modal usaha. “Sudah ada usul dan saran yang tentu nanti kami parumkan lagi, melihat situasi,” ungkapnya.
Terkait antisipasi penduduk pendatang, Wakil Bendesa Ketut Wastika yang juga Ketua Satgas Gotong Royong Penanganan Covid-19 Desa Adat Batuan menegaskan, penduduk pendatang yang sudah keluar tidak diperkenankan tinggal di wilayah Desa Adat Batuan sampai pandemi Covid-19 berakhir.”Kalau sejak awal tinggal bisa, asalkan tidak melakukan perjalanan ke luar daerah. Artinya, sebelum pandemi berakhir, duktang tidak boleh masuk lagi,” tegasnya.
Tidak hanya duktang, peraturan juga berlaku untuk krama yang bekerja sebagai PMI. “Krama sendiri yang baru datang dari luar pulau termasuk PMI setelah menjalani isolasi pemerintah selama 14 hari, wajib kembali menjalani isolasi 14 hari di rumah,” tandasnya. (jay)