BULELENG – Meski bukan penyakit berkatargori aib seperti HIV/Aids, kebijakan pemerintah untuk tidak secara vulgar mempublikasikan identitas pasien Covid-19 tetap menjadi pedoman Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Namun disisi lain, testimoni atau pengakuan pasien Covid-19 sangat dibutuhkan untuk diketahui oleh publik sehingga upaya pencegahan, penanganan dan penanggulangan pendemi akibat virus corona yang pertama kali terjangkit di Wuhan – China ini menjadi terarah, terukur, terkoordinasi dan tepat sasaran.
“Ini yang menjadi dasar pikiran saya untuk menceritakan pengalaman pribadi, sempat dinyatakan reaktif saat dilakukan rapit test,” tandas Kapolsek Sukasada, Kompol Nyoman Landung, Senin (25/5/2020) usai melakukan pemantauan wilayah serangkaian Operasi Aman Nusa diwilayah Kecamatan Sukasada.
Sempat dinyatakan rapid test reaktif, kata Kapolsek Landung, membuat ia dan istri tercintanya Herawati kaget dan syok. Namun setelah dilakukan test swab, tanggal 22 dan 23 April 2020 lalu, Kapolsek Landung yang sempat melakukan perjalanan ke daerah transmisi lokal (Semarang) untuk menjenguk anaknya, mengaku lega. “Iya, aku sama istri sempat kaget rapid test reaktif. Tapi setelah test swab dua kali menyatakan non reaktif, ya jadi lega sehingga seijin Kapolres bisa melaksanakan tugas,” tandas Landung yang sempat menjalani karantina mandiri bersama istrinya selama 14 hari sesuai dengan protokol kesehatan.
Dengan riwayat kesehatan, keluhan penyakit jantung dan umur yang sudah tergolong senja, Kapolsek Landung mengaku vibrasi virus corona sangat kuat dan berpengaruh pada physikis. “Aku polisi saja sempat syok, apalagi warga masyarakat umum,” ujarnya.
Manurut perwira polisi yang melanglang buwana di wilayah hukum Polda Jawa Tengah ini, Covid-19 tidak hanya menguji phisik tapi juga hati (phisikologis). “Makanya tidak salah orang bilang senjata biologis, mematikan tanpa rasa dan perasaan. Bayangkan, aku sama istri berfikir menengok anak yang masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan di Semarang, sementara kondisinya sedang diberlakukan pembatasan ke luar daerah apalagi ke daerah transmisi lokal,” ungkapnya.
Sekembali dari nengok anak, masuk rumah sakit karena keluhan jantung. “Setelah di lakukan rapid test, hasilnya reaktif. Apa tidak kaget, shok ? aku sama istriku, reaktif. Syukurnya, hasil test swab dua kali berturut non reaktif,” tandas Landung sembari mengakui kedisiplinan untuk sehat diri dan orang lain merupakan kunci memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. (kar)