DENPASAR – Sunrise di Kuta ? semua orang mungkin takkan percaya karena di kawasan kampung turis itu terkenal dengan sunsetnya. Akan menjadi paradok serta kontradiksi dikarenakan keterbatasan logika kita dalam berfikir. Sebab, yang selama ini kita anggap kebenaran absolute seringkali membawa sebuah kemunduran dari peradaban itu sendiri dan berasumsi dengan kata tidak akan mungkin.
Namun, itulah yang akan diwujudkan oleh perupa Ketut Putrayasa awal tahun 2021. Sebuah kegiatan seni rupa dikemas dalam sebuah event pameran visual art dengan melibatkan ratusan artisan untuk larut di dalam menjadi karya interative gigantik . Event tersebut tak hanya merepresentasikan nilai estetika formal , tetapi publik diajak menalarkan kembali kesadaran mengenai makna Kuta diluar dari yg formal “common sense”di mana setiap peristiwa , baik itu masa lampau , masa kini maupun masa yang akan datang merupakan sebuah kompleksitas yang tak terpisakan menjadi rangkain direduksi menjadi ” New Culture ( Kuta yang menjadi ). “Saya bukannya memoving matahari untuk terbit di Kuta, tetapi hanya meminjam bahasa istilah “sunrise” presentasi dari morning spirit untuk bisa hadir di barat khususnya di Kuta menjadi New Spirit dari ambang -ambang batas kenormalan . Ini memiliki keunikan tersendiri serta tantangan dalam mensublimasi ruang dan waktu menjadi sebuah metafor Karya visual art dalam format kekinian,” kata Putrayasa, Selasa (28/7/2020).
Putrayasa mengatakan, dalam melihat Kuta dari persfektif seni merupakan daerah yang memiliki keunikanya bukan saja di Bali tetapi di dunia , di luar Kuta masyarakatnya diterjemahkan oleh ruangnya, namun Kuta menjadi sebaliknya , ruang sebagai presentasi masyarakatnya jika diibaratkan birunya air laut di Kuta sebagai instrument dalam menulis perkembangan sejarahnya tintanya tidak akan pernah habis untuk ditulis dalam sebuah peradaban umat manusia.
Hal tersebut menjadi pemantik dalam proses creative. Kuta selalu memberikan kanvas kosong untuk dilukis setiap saat. Momen akan kehadiran event ini pasca Covid – 19 mencoba melukiskan kembali kemungkinan – kemungkinan yang ditimbulkan oleh konversi istilah ” New Normal”. “Event ini akan dipastikan spektakuler dengan melibatkan ratusan artisan dengan background yang berbeda. Disamping itu juga belum pernah mengenal dunia seni sama sekali dan diharuskan untuk beradaptasi dengan seni , nantinya akan menjadi cita rasa baru dalam khasanah seni rupa , sebuah kolaborasi yang cukup gila,” tandasnya.
Presentasi dari karya, audian akan menjadi bagian dari karya dan terlibat langsung serta hadir di dalam karya tanpa mereka sadari dengan sensasi 2 multi tafsir .(sur)