BADUNG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) memberikan atensi serius terhadap persoalan rutin tahunan yakni sampah kiriman. Sebuah armada baru dikerahkan, yang memiliki roda rantai layaknya kendaraan tempur.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 DLHK Badung, AA Gede Dalem menuturkan bahwa armada tersebut bernama Crawler Carrier. Ada dua armada serupa yang dikerahkan untuk menangani persoalan sampah kiriman yang menepi di pantai wilayah Kabupaten Badung.
Kata pria yang akrab disapa Gung Dalem ini, salah satu di antaranya dilengkapi dengan alat pencapit. Fungsinya adalah untuk secara langsung mengangkat batang-batang kayu besar yang biasa ikut menepi di musim angin barat. Saat ini, dimaksud dioperasikan di area pesisir Pantai Kuta. “Yang isi capit ini kami kita operasikan di Kuta. Karena di sana, banyak ada kayu-kayu besar yang menepi,” ungkapnya, Selasa (10/12/2024).
Sedangkan satunya lagi, sambung dia, hanya memiliki bak terbuka untuk mengangkut sampah. Armada tersebut pada saat ini ditempatkan untuk menangani permasalahan sampah kiriman di Pantai Jimbaran dan Kedonganan. “Untuk yang lagi satu ini fungsinya hanya untuk pengangkutan,” sebutnya.
Melalui pengerahan dua Crawler Carrier ini, Gung Dalem meyakini penanganan terhadap persoalan sampah kiriman di pesisir pantai dapat tertangani dengan lebih efektif dan efisien. Karena dengan roda rantainya, armada ini diklaim dapat bergerak dinamis meskipun di atas pasir gembur. “Karena pengalaman kami selama ini, ada pasir-pasir tertentu yang susah dilalui oleh loader,” imbuhnya.
Bak besar yang dimiliki, juga dirasa mampu mempercepat proses pengangkutan. Jika dibandingkan, daya muatnya bisa lima kali lipat ketimbang bucket loader. “Kalau sebelumnya, loader ini yang mondar-mandir ke STO (stopover). Kalau sekarang, yang mondar-mandir itu adalah Crawler Carrier. Sementara loader, tugasnya mengumpulkan sampah yang menepi, dan menaikkan sampah terkumpul ke bak Crawler Carrier,” jelasnya.
Disampaikannya pula, Crawler Carriers ini merupakan armada buatan Jepang. Yang mana pengadaannya, adalah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Badung Tahun 2024 dengan nilai total lebih dari Rp 5 milyar. Satu Crawler Carrier dengan pencapit senilai Rp 4 milyar lebih, dan satu Crawler Carrier senilai Rp 1,5 milyar. “Armada ini sebenarnya biasa digunakan di kebun-kebun kelapa sawit di Kalimantan,” bebernya.
Sejauh ini, menurut Gung Dalem, operasional Crawler Carrier terbilang sangat membantu dalam percepatan penanganan sampah kiriman. Namun evaluasi dipastikan tetap dilakukan untuk menentukan langkah ke depan. “Melalui penanganan sampah kiriman saat ini maka nanti kita bisa mengetahui, jenis armada yang lebih dibutuhkan, apakah yang dengan pencapit atau tidak. Jadi kitab isa menentukan langkah selanjutnya, apakah perlu dilakukan pengadaan lagi atau tidak,” pungkasnya. (adi)