Debat kedua paslon bupati-wakil bupati Klungkung tahun 2024
KLUNGKUNG – Tiga pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati Klungkung tahun 2024, belum memiliki rencana yang matang untuk mengatasi masalah sampah di Kabupaten Klungkung.
Itu terlihat saat debat terbuka kedua paslon bupati-wakil bupati Klungkung tahun 2024 yang berlangsung di Denpasar,Jumat (22/11/2024) malam. Salah satu sub tema yang diangkat dalam debat tersebut adalah pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.
Ketiga paslon,I Made Kasta-Ketut Gunaksa (AstaGuna), paslon Made Satria-Tjokorda Gde Surya (Satriya) dan paslon Ketut Juliarta- Made Wijaya (Jaya) tidak ada mengutarakan strategi konkret yang dapat melahirkan inovasi seperti penanganan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan.
Mengintegrasikan bank sampah di setiap desa/kelurahan untuk mengurangi sampah rumah tangga sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA), inovasi bank sampah digital atau aplikasi pengelolaan sampah. Pun strategi membangun kemitraan publik- swasta (investor) untuk membangun fasilitas pengolahan sampah sama sekali tidak ada disinggung oleh ketiga paslon.
Isu sampah merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Klungkung. Jawaban ketiga paslon atas pertanyaan panelis, masih normatif dan hampir sama yakni fokus pada kampanye tentang pemilahan sampah.
Dalam sesi debat antar calon, ada calon mengkritis keberadaan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Gema Santi sebagai inovasi ‘gagal’. Karena TOSS belum bisa menyelesaikan sepenuhnya masalah sampah.
Bahkan ada paslon menawarkan penggunaan tungku pembakaran untuk menuntaskan masalah sampah. Namun penggunaan tungku pembakaran tidak disertai argumentasi solusi mengatasi masalah polusi udara.
Demikian juga ada paslon menawarkan penggunaan mesin incinerator untuk mengolah sampah basah maupun sampah kering.
“Bicara Gema Santi,pada saat pemerintahan Bapak Nyoman Suwirta banyak lahir inovasi, kita akui itu. Tapi dengan berlanjutnya inovasi itu, TOSS terkadang jadi tempat olah sampah,terkadang tidak pernah menyelesaikan sampah di Klungkung. Karena volume sampah melebihi kapasitas mesin,” lontar calon bupati Made Kasta menjawab pertanyaan calon bupati I Made Satria.
Made Satria yang berpasangan dengan Tjokorda Gde Surya langsung ‘menangkis’ serangan Made Kasta.
“Bukan TOSS nya yang salah tapi sistemnya yang dirusak. Bagi saya (tetap) mengoptimalkan TOSS untuk mengolah sampah ke depannya. Memanfaatkan TPST dan memperbanyak TPST 3R di desa,” jawab Satria.
Calon wakil bupati Made Wijaya menyodorkan penanganan sampah menggunakan incenerator yang sudah terverifikasi, terdaftar di kementerian dan sudah ISO 9001.Paslon nomor urut 3 ini juga menawarkan pembentukan badan layanan umum daerah yang khusus menangani masalah sampah.
“Pengolahan sampah di Indonesia masih banyak menggunakan incenerator. Yang diolah adalah sampah residu. Sampah basah kita olah jadi kompos, sampah kering jadi energi.Kedepan kita akan kelola sampah jadi uang,” imbuh Wijaya.
Sementara itu, salah seorang warga Klungkung Made Andika Putra mengatakan,ketiga paslon tidak ada yang berpikiran memberikan insentif kepada warga maupun pelaku usaha yang disiplin dalam memilah sampah dan dan konsisten menerapkan konsep-konsep ramah lingkungan.
“Saya nonton debat lewat siaran televisi, belum ada paslon yang berani menawarkan pemberian insentif kepada warga atau pelaku usaha. Padahal ini menarik dan bisa menumbuhkan semangat warga untuk memilah sampah rumah tangga,” ujar Andika Putra.
Andika menambahkan insentif itu bisa dalam bentuk pelayanan kesehatan secara berkala dengan cara jemput bola. Kepada pelaku usaha insentif itu bisa dalam bentuk relaksasi pajak. (yan)