TABANAN – Kabupaten Tabanan memiliki tari kebesaran Tari Jayaning Singasana AUM, sebuah tarian kebesaran yang diciptakan khusus sebagai representasi dari semangat dan identitas Tabanan. Sayangnya , pementasan tari ini hanya dilakukan pada saat kegiatan pemerintahan saja, dan belum memasyarakat sampai ke lapisan terbawah.
Dalam upaya memasyarakatkan tari Jayaning Singasana AUM ini, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Tabanan menggelar workshop melibatkan sekolah serta sanggar tari yang ada. Workshop yang akan berlangsung selama tiga hari mulai Rabu-Jumat (14-16/8/2024) di gedung Kesenian I Ketut Marya
Kepala Dinas Kebudayaan Tabanan, I Made Yudiana mengatakan workshop yang diikuti oleh perwakilan dari sekolah-sekolah menengah serta sanggar tari ini diharapkan bisa membangkitkan kreativitas seniman muda di Tabanan terutama sosialisasi sekaligus memasyaratkan Tari Jayaning Singasana AUM.
“Dengan workshop ini, kami ingin memastikan bahwa Tari Jayaning Singasana AUM bisa berkembang dan dikenal sebagai tari kebesaran yang tidak hanya dipentaskan secara eksklusif pada acara pemerintahan saja, tetapi juga bisa ditampilkan dalam berbagai acara di sekolah termasuk di masyarakat sampai lapisan terbawah,” jelasnya.
Dikatakannya, saat ini Kabupaten Tabanan memiliki dua tarian khas, yaitu Tari Maskot Bungan Sandat Serasi yang diciptakan pada 2014, dan Tari Jayaning Singasana AUM yang diperkenalkan pada 2022. Kedua tarian ini merupakan karya seniman lokal yang dirancang khusus untuk mewakili identitas pemerintahan Tabanan.
Kepala Bidang Kesenian, Ni Luh Nyoman Sri Suryati menambahkan, workshop kali ini tidak hanya fokus pada tarian, tetapi juga menyertakan pelatihan tabuh pengiring yang akan digelar pada hari kedua dan ketiga. Tentunya untuk memaksimalkan kegiatan Workshop ini menghadirkan narasumber dari pencipta dan pembina langsung tarian ini seperti, Ni Luh Nyoman Sri Suryati, S. Sn (sebagai penata tari), Dwi Listiyani Putri, S.Pd (sebagai pembina tari) dan I Gst Nengah Hari Mahardika, S.Sn. M.Sn.(sebagai penata tabuh).
Sebagai langkah lanjutan, Dinas Kebudayaan Tabanan berencana untuk melakukan monitoring setelah workshop, guna menilai seberapa jauh tari ini telah tersosialisasi.
“Kami berharap, kalau sudah banyak yang menguasai tari ini, suatu hari nanti kami bisa menggelar pementasan massal yang monumental,” kata Sri Suryati.
Sekedar untuk diketahui tentang tarian ini, berasal dari kata Jayaning bermakna jaya atau kejayaan Singasana bermakna tempat atau linggih kontekstual dengan Kota Tabanan AUM bermakna Aman Unggul Madani.
“Jayaning Singasana AUM” bermakna kejayaan Kota Tabanan sebagai tempat atau linggih menuju Tabanan Era Baru yang Aman Unggul Madani. Kejayaan Pemerintahan Kabupaten Tabanan, sebagai Singasana yang bergerak dinamis, bersinergi, antara pemimpin dengan masyarakatnya. Karakter kepemimpinan yang penuh keagungan, ketegasan, dan demokrasi serta cinta rakyatnya, menjadi aktualisasi bermakna, ditransformasikan melalui gerak tari yang estetis, dinamis, tegas, dalam konseptual keagungan kepemimpinan.
Properti cakranaya (cakra yang berputar) mengejawantahkan sebuah perputaran kehidupan dengan konfigurasi Tri Sakti yakni Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur menjadi Eka Sakti menuju kesejahteraan dan Tabanan Era Baru, yang Aman Unggul Madani (AUM). (jon)