Kelompok Desa Mekar Bhuwana KKM-PMM, Universitas Warmadewa bersama dosen pembimbing dr. Luh Gede Pradnyawati, M.Kes.
MANGUPURA – Dalam rangka meningkatkan kompetensi sosial mahasiswa, Universitas Warmadewa menetapkan Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) sebagai salah satu mata kuliah wajib.
Mata kuliah ini bertujuan memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa melalui keterlibatan langsung dalam menemukan, mengenali, menganalisis potensi, serta memecahkan permasalahan di masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan itu, kontribusi Universitas Warmadewa terhadap pembangunan masyarakat dan negara diharapkan dapat semakin meningkat.
Kelompok Desa Mekar Bhuwana, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung adalah salah satu kelompok KKN-PPM Universitas Warmadewa. Sebagai dosen pembimbing kelompok ini adalah dr. Luh Gede Pradnyawati, M.Kes. dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa.
Sebagai salah satu program kerja mahasiswa di bidang kesehatan, dilaksanakan penyuluhan tentang pentingnya masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam pencegahan balita pendek atau stunting. Adapun 1000 HPK tersebut, adalah bermula sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun. Masa ini adalah masa paling kritis untuk memperbaiki perkembangan fisik dan kognitif anak.
Kesehatan serta asupan gizi ibu hamil dan ibu menyusui, merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif anak. Hal itu sekaligus menurunkan risiko kesakitan, baik pada bayi ataupun ibu.
Kurangnya status gizi pada ibu hamil, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, terjadinya stunting, serta meningkatkan risiko obesitas dan penyakit degeneratif di masa dewasa. Status gizi pada 1000 HPK, akan berpengaruh pada kualitas kesehatan, intelektual, dan produktivitas di masa yang akan datang.
Ibu dan bayi memerlukan gizi yang cukup dan berkualitas untuk menjamin status gizi dan status kesehatan; kemampuan motorik, sosial dan kognitif; serta kemampuan belajar dan produktivitasnya pada masa yang akan datang. Anak yang mengalami kekurangan gizi pada masa 1000 HPK, akan mengalami masalah neurologis, penurunan kemampuan belajar, peningkatan risiko drop out dari sekolah, penurunan produktivitas dan kemampuan bekerja, penurunan pendapatan, serta penurunan kemampuan menyediakan makananan yang bergizi dan penurunan kemampuan mengasuh anak. Hal tersebut, kemudian menghasilkan penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi selanjutnya.
Mempertimbangkan pentingnya gizi bagi 1000 HPK, maka intervensi gizi pada 1000 HPK merupakan prioritas utama untuk meningkatkan kualitas kehidupan generasi yang akan datang.
Adapun masalah gizi yang terjadi sejak bayi baru lahir juga disebabkan oleh kegagalan pemberian ASI secara eksklusif.
Adapun faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI secara eksklusif yaitu ibu yang bekerja, pengetahuan ibu yang kurang, serta suami yang tidak mendukung. Selain itu, pengetahuan ASI yang hanya sebatas mendengar saja, dapat mengakibatkan kesulitan dalam praktiknya. Hal tersebut kemudian menyebabkan timbulnya rasa kurang percaya diri, sehingga mendorong ibu memberikan susu formula kepada bayi.
Faktor lain yang menjadi penyebab masalah nutrisi pada 1000 HPK, adalah praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Hal tersebut dipengaruhi oleh keyakinan bahwa makanan pendamping akan membantu meningkatkan berat badan bayi dan pola tidurnya. Selain itu, bisa juga merupakan pengaruh dari teman sebaya, hingga akhirnya memutuskan seorang ibu memberikan MP-ASI lebih awal.
Adapun prevalensi pengenalan MP-ASI tepat waktu berdasarkan rekomendasi WHO, yaitu 55%, tingkat keberagaman makanan hanya 15,2%, frekuensi makan 41,5% dan diet minimum diterima 9,2%.
Faktor-faktor yang memengaruhi, yaitu letak geografis, keadaan ekonomi keluarga, pendidikan yang rendah, BMI ibu < 18,5 kg/m2, kurangnya kunjungan ANC, kurangnya kunjungan pasca melahirkan, dan kurangnya informasi. (adi)