BadungHukum

Terbukti Overstay 191 Hari, Kocong dan Ibunya Dideportasi ke Ukraina

BADUNG – Bocah Ukraina berinisial BS atau viral disapa ‘Kocong’ dan ibunya, menjalani deportasi pada Kamis (8/8/2024). Dalam prosesnya, Kocong sempat tantrum karena masih betah tinggal di Pulau Dewata.

Kepala Kantor Imigrasi (Kanim) Kelas I TPI Denpasar, Ridha Sah Putra mengatakan, pendeportasian terhadap ibu dan anak itu dilakukan lantaran terbukti telah melanggar ketentuan keimigrasian berupa overstay selama 191 hari. Keduanya dideportasi menuju Ukraina melalui penerbangan pesawat Qatar Airways pada pukul 10.00 Wita.

“Kita sudah komunikasi dengan Konsul Kehormatan Ukraina untuk proses pemulangan dua warga negara Ukraina, ibu dan anak ini,” sebutnya.

Sebelumnya, kata dia, Kocong dan ibunya masuk Indonesia dengan menggunakan Visa on Arrival (VoA) untuk tujuan liburan. Kedatangan mereka melalui Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 21 Desember 2023. “Izin tinggalnya seharusnya berakhir di 21 Januari 2024. Namun sampai hari ini, ibu dan anak ini masih berada di Indonesia,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Gambarkan Kecaman 'Union Busting', FSPM Awali Aksi dengan Mulut Dilakban

Kocong, diakui dia, sempat bersikeras untuk tetap berada di Indonesia khususnya Bali. Namun setelah dibujuk, akhirnya dia bersedia pulang ke Ukraina bersama ibunya. “Mungkin dia (Kocong) cukup betah di Bali,” ucapnya seraya memastikan bahwa ketika dideportasi, keduanya dalam kondisi fisik dan mental yang baik.

Diakui dia, sebelum dideportasi, ibu dan anak tersebut sempat ditempatkan di ruang detensi. Dalam masa tersebut, keduanya dinilai bisa berbaur dengan baik dengan petugas Imigrasi. “Mereka sangat kooperatif,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Sambangi 'Markas' Parpol, Kapolres Buleleng Gemakan Pilkada Damai 2024

Sementara itu, Ibu Kocong yakni SB, menyebut bahwa Indonesia adalah negara yang luar biasa. Dan Bali, menurut dia akan selalu menjadi daerah yang ada di hati.

“Indonesia sangat indah. Tapi Bali adalah hati kita. Dan apapun yang terjadi pada kami di negara kalian, hanya persahabatan dan cinta. Untuk kami, ini adalah normal (proses dideportasi),” ucapnya sembari menyatakan bahwa hari pendeportasiannya itu merupakan hari spesial, dan terasa seperti bermain trampolin. Dan dia menyebut tidak tertutup kemungkinan akan kembali datang ke Bali pada satu tahun ke depan. (adi)

Back to top button