KUTA UTARA – Ayunan ikon Pantai Petitenget tergerus abrasi dengan kedalaman sekitar 2 meter pada Rabu (19/1/2022). Hal tersebut terjadi akibat berbeloknya loloan atau muara sungai sekitar.
Lurah Kerobokan Kelod I Made Wistawan tidak memungkiri hal tersebut. Bahkan dia menyebut itu sebagai sebuah fenomena yang sudah biasa terjadi di pesisir Pantai Petitenget.
“Alur loloan itu memang selalu berubah-ubah, tanpa bisa kita prediksi,” ungkapnya.
Ayunan itupun sambung dia, sebelumnya sudah pernah menjadi korban serupa. Hingga akhirnya itu dipindah ke posisi saat ini.
“Dahulu sudah pernah tergerus, dan sekarang setelah berpindah, tergerus lagi. Namun inilah yang namanya alam, dan memang dari dahulu sudah berubah-ubah seperti itu,” bebernya.
Tidak dipungkirinya, untuk mematok alur agar tidak berubah-ubah, maka bisa saja dilakukan pembuatan semacam pembatas pada sisi kiri dan kanan. Namun jika alam berkehendak, itupun tidak tertutup kemungkinan untuk mampu dijebol.
“Sementara tidak sih ada rencana seperti itu. Karena kami menyadari bahwa itu adalah pengaruh alam,” sebutnya sembari mengatakan, pembangunan semacam itu juga tidak serta merta bisa dilakukan atas dasar adanya kepercayaan masyarakat terhadap area tersebut.
Kaitan dengan itulah maka kaitan dengan belokan yang terjadi saat ini, pihaknya cenderung memilih untuk menunggu. Karena diyakini, ke depan alur tersebut akan kembali berubah. “Jadi itu tidak masalah. Karena ini adalah alam,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja. Kata dia, itu adalah fenomena yang biasa terjadi.
“Itu biasa seperti itu. Kalau sudah Melasti, dia akan berubah kembali rata. Beda dengan sekarang, biasanya bahkan belokannya berada di tengah-tengah, pas di jembatan itu lurus ke arah laut,” bebernya.
Hal semacam itu menurut dia biasa terjadi di setiap tahun. Serupa halnya dengan datangnya sampah musim angin barat, yang juga terjadi di setiap tahun. Diyakini, alur yang berubah pada saat ini, akan berbelok kembali di bulan Pebruari nanti.
“Kalau soal ayunan itu, memang merupakan ikon kami berkaitan dengan pelaksanaan Festival Petitenget di tahun 2018 lalu,” imbuhnya. (adi/jon)