BulelengKesehatanTerkini

Kasus HIV/AIDS Melandai, KPA Buleleng Pakai Jurus ‘STOP’

BULELENG – Meskipun masih terjadi, kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng dapat dikatakan cendrung melandai. Selain deteksi dan penanganan yang semakin efektif, melandainya kasus dengan jumlah 200 kasus hingga Bulan Oktober 2020 juga tidak terlepas dari pelaksanaan jurus ‘STOP’ yakni Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Buleleng bersama stackholder terkait.

“Tidak terjadi lonjakan yang serius, kami masih bisa menekan kasusnya. Dalam setahun terakhir, hingga Bulan Oktober 2020 angka penyebarannya hanya dibawah 200,” ungkap Ketua KPAD Kabupaten Buleleng, I Nyoman Sutjidra, Selasa (1/11/2020) serangkaian Hari Aids Internasional bersama wartawan.

Dari kumulatif 3.142 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng, kata Sutjidra yang juga Wakil Bupati (Wabup) Buleleng, banyak yang tertular diluar namun terdeteksinya di Buleleng.

BACA JUGA:   Tim Bulkasih DLH Buleleng Bersihkan 3 Daerah Aliran Sungai

“Itupun juga banyak kasus yang tertular di luar wilayah Kabupaten Buleleng. Tapi karena KTP nya dari Buleleng, kita masukkan di daerah Buleleng,” tandasnya. Yang rentan terkena virus HIV/AIDS ini masih didominasi usia produktif.”Kalangan remaja dan dewasa dengan kisaran umur 20 hingga 45 tahun. Kebanyakan yang tertular dari wiraswasta,” tandasnya.

Upaya menekan penularan virus HIV/AIDS terus dilakukan dengan target dibawah dua digit perbulan.

“Yang menjadi hambatan disini keterbukaan dari mereka. Banyak yang tidak ingin diekspos, tidak mengaku,” ujarnya.

BACA JUGA:   Kunjungi Polres Buleleng, AFP Apresiasi Kapolsek Wanita, Peduli Kasus Anak dan TPPU

Selain menyulitkan pencegahan, lanjut Sutjidra, sikap tidak terbukanya pasien HIV/AIDS juga menghambat penanganan.

“Dan mereka menularkan ke orang lain, itu yang menjadi masalah,” tegasnya.

Hingga kini relawan-relawan KPAD Buleleng terus melakukan pengawasan terhadap Orang Dengan HIV/AIDS.

“Penyuluhan harus tetap dilakukan, untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa sebenarnya Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) itu jangan dijauhi. Karena penularannya diketahui dari hubungan seksual yang tidak sehat, melalui cairan lendir dan juga jarum suntik,” jelasnya.

Melalui sosialisasi, juga diharapkan adanya perubahan stigma di masyarakat bahwa ‘Jangan Takut Dengan Penderitanya, Tetapi Takutlah Dengan Penyakitnya’. (kar)

Back to top button