DENPASAR – Turnamen bulutangkis Indonesia Open yang bakal digelar November mendatang nampaknya belum merupakan arena yang bisa ditembus para pebulutangkis Bali. Pasalnya persyaratan sangat sulit terutama untuk kriteria pebulutangkis yang boleh turun yang masuk ranking 32 besar dunia.
Ketua Umum Pengprv PBSI Bali Wayan Winurjaya mengatakan, sampai saat ini memang sulit pebulutangkis Bali bisa tembus even-even besar seperti Indonesia Open itu karena untuk bisa masuk ranking 32 besar sebagai persyaratan membutuhkan dua jalur. “Ya selama ini memang pebulutangkis Bali belum bisa main di Indonesia Open karena kendala belum bisa tembus ranking 32 besar dunia. Dan untuk meraih ranking itu harus mengumpulkan poin atau ikut di even-even besar internasional agar ranking dunia atau ranking Badminton World Federation (BWF) meningkat,” ungkap Wayan Winurjaya, Kamis (28/5/2020).
Berangkat dari semua itu disebutkan hanya ada dua jalur. Jalur pertama yakni melalui pelatnas yang pastinya penghuni pelatnas akan selalu dikirim ke kejuaraan-kejuaraan internasional sehingga akan otomatis mendongkrak ranking pebulutangkis pelatnas untuk BWF. “Dengan masuk pelatnas pastinya kan biaya segalanya untuk bertanding di even internasional ditanggung pelatnas. Jalur kedua yakni secara mandiri yang artinya setiap tahun mengikuti kejuaraan tersebut yang bergilir tempat helatan untuk negara tuan rumah ya ditanggung sendiri,” tutup Winurjaya.
Lantas bagaimana dengan Bali ? “Kami memilih untuk menambil jalur Pelatnas selama ini, namun nampaknya di Pelatnas kurang transparansi. Pengalamnnya ketika pebulutangkis Bali dipanggil Pelatnas ternyata malah dipulangkan tanpa dasar dan pemberitahuan informasi yang kurang transparan,” tukas Winurjaya. (ari)